Hari ini, tanggal 17 Desember (XVI Kal. Jan dalam penanggalan Julian kuno) adalah awal dari perayaan Saturnalia, festival akhir tahun Romawi yang diselenggarakan atas nama Saturnus, ayah dari Jupiter dan dewa kebebasan.

Saturnalia berawal dari perayaan Kronia di Athena. Setiap tanggal 12 di bulan pertama pada kalender Yunani, semua pekerjaan berhenti dan "Di hampir semua ladang dan kota mereka dengan bahagia berpesta, semua orang berganti peran dengan pesuruh-pesuruh mereka. Dari ini lah asalnya budaya kita [Romawi] di mana budak dan majikan makan bersama sebagai sepantaran [pada saat Saturnalia]."

Perayaan dan tradisi pertukaran peran ini melambangkan zaman mitos ketika Kronos (padanan Yunani dari Saturnus) masih menguasai dunia. Pada masa itu, bumi secara alami memenuhi segala kebutuhan manusia; pekerjaan dan perbudakan tidak dibutuhkan. Untuk mengingat masa ini, semua orang berhenti bekerja dan para budak dilepaskan sementara dari belenggu mereka.

Di Roma, Saturnalia menjadi festival besar yang memutarbalik tatanan sosial sehari-hari. Semua orang, mulai dari budak dan proletariat paling miskin sampai equites dan pejabat-pejabat yang paling kaya, mengenakan seragam tunik sederhana dan memakai pileus--topi kerucut yang biasanya menandakan seorang budak yang baru dimerdekakan. Para budak diberi kebebasan berpendapat, dan pada umumnya diperlakukan sebagai orang merdeka.

Seluruh kota Roma berhenti bekerja selama Saturnalia berlangsung. Perayaan dimulai ketika ikatan wol di kaki patung Saturnus dibuka, dan berakhir ketika penutup tersebut dipakaikan kembali. Awalnya, perayaan ini hanya sehari lamanya, pada XIV Kal Jan/hari ke-14 sebelum Januari (19 Desember pada waktu itu). Namun akibat penambahan hari dari reformasi kalender pada masa Julius Caesar, XIV Kal Jan bergeser ke tanggal 17 Desember. Hal ini menyebabkan kebingungan, sebab beberapa orang masih merayakan Saturnalia pada tanggal 19 sesuai kalender lama. Untuk mengatasi konflik penanggalan tersebut, Kaisar Augustus memutuskan untuk menambahkan Saturnalia menjadi festival tiga hari (pada tanggal 17, 18, dan 19). Akan tetapi, festival ini tetap melebar terus-menerus seiring zaman, sampai akhirnya Saturnalia memakan waktu seminggu penuh dari tanggal 17 sampai 23 Desember.

Setelah upacara pelepasan kain wol, ibadah publik berlanjut dengan acara lectisternium, sebuah perjamuan umum yang disaksikan oleh patung Saturnus. Tradisi ini berasal dari Yunani, dan baru diadopsi pada pengujung Perang Punik Kedua setelah sebuah ramalan dari Kitab Sibylline menyarankan digunakannya adat Yunani dalam perayaan tradisional Romawi. [2]

Dengan selesainya upacara-upacara publik, perjamuan dan ibadah dilanjutkan di rumah-rumah secara individu. Pada malam-malam Saturnalia, jalanan Roma diterangi oleh lilin-lilin yang dipasang oleh tiap rumah. Menurut legenda, bangsa Latin kuno mengorbankan kepala manusia (phos) kepada Saturnus, namun Hercules menyarankan agar mereka mengganti pengorbanan manusia tersebut dengan persembahan cahaya (yang juga dapat disebut phos).

Jalanan yang terang mendukung berlangsungnya perayaan sampai larut malam. Pada hari-hari ceria ini, ketika dua orang berpapasan di jalan, mereka diharuskan menyapa satu sama lain dengan sahutan "Io, Saturnalia!"

Satu lagi tradisi Saturnalia adalah penunjukan seorang "Saturnalicius Princeps" atau Raja Saturnalia di masing-masing keluarga. Umumnya "raja" yang ditunjuk adalah seorang anak atau budak. Segala perintah dari sang "raja" harus dituruti, dan dalam keceriaan pesta biasanya perintah-perintah ini hanya candaan. Tradisi ini masih berlanjut hingga zaman ini dalam bentuk tradisi penunjukan Lord of Misrule di Inggris (atau Prince de Sots di Perancis) pada hari natal.