Terletak wilayah Samudra Pasifik bagian selatan di Kepulauan Tonga berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Tonga menjadi satu-satunya kerajaan bangsa Polinesia yang tetap berdiri sejak zaman kuno hingga saat ini. Berbeda dengan wilayah lain di Pasifik yang pernah merasakan penjajahan bangsa asing, Kerajaan Tonga lolos dari kolonialisme bangsa Eropa. Kepulauan Tonga sudah dihuni sejak 3000 SM namun nenek moyang orang Tonga saat ini pertama datang ke wilayah tersebut pada 1000 SM. Orang-orang Tonga ini berasal dari etnis Polinesia Lapita yang kemungkinan berasal dari Asia.

Masyarakat Tonga membuat sistem pemerintahan sentralistik yang dipimpin oleh tui atau raja. Pada abad ke-10 masehi dibawah Raja 'Aho'eitu, Kerajaan Tonga melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Samudra Pasifik dan ekspansi tersebut diteruskan oleh para penerus 'Aho'eitu. Di akhir abad 13 wilayah Kerajaan Tonga meliputi kepulauan Fiji, Samoa, hingga ke sebagian wilayah Hawaii. Di setiap wilayah Kerajaan Tonga dipimpin oleh kepala suku yang masih memiliki hubungan darah dengan raja.

Kontak dengan bangsa Eropa dimulai di abad 17. Pada 1616 penjelajah asal Belanda Wilhelm Schouten dan Jacob Le Maire sampai di pulau Niuas yang merupakan wilayah Kerajaan Tonga dan pada 1643 seorang penjelajah Belanda bernama Abel Tasman memulai interaksi dan berdagang dengan penduduk Tonga. Pada tahun 1773 penjelajah asal Inggris bernama James Cook menginjakan kakinya pulau Tongatapu dan ‘Eua yang berada di bagian selatan Kepulauan Tonga.

Pada 1777 James Cook kembali ke Tonga dan melakukan interaksi dengan penduduk setempat. Cook kagum dengan keramahan warga Tonga dan menamai wilayah yang ia singgahi Friendly Isles karena keramahan warganya. Namun keramahan warga Tonga adalah bagian dari plot warga setempat untuk membunuh James Cook beserta kru kapalnya dan menjarah kapalnya. Rencana warga Tonga diketahui oleh James Cook lantas dia langsung berlayar meninggalkan Tonga.

Pada abad 19 misionaris berdatangan ke Kepulauan Tonga untuk menyebarkan agama kristen. Seorang kepala suku bernama Taufa'ahau adalah pemimpin Tonga pertama yang menganut agama kristen setelah dia dibaptis pada 1831. Taufa'ahau mempererat hubungannya dengan bangsa Eropa dan dia memodernisasi prajuritnya dengan senjata Eropa.

Setelah puluhan tahun Tonga dilanda perpecahan dan perang saudara, Taufa'ahau berniat untuk menyatukan wilayah Tonga dan membuat Kerajaan Tonga menjadi bersatu kembali. Usaha Taufa'ahau menyatukan Tonga berhasil pada 1845 dan dia langsung mendeklarasikan diri sebagai raja Tonga yang baru dengan nama George Tupou I. Pada 1862 Tupou I membuat konstitusi untuk negaranya sehingga Kerajaan Tonga menjadi negara monarki konstitusional.

Pada tahun 1888 Kerajaan Tonga mendapat pengakuan kedaulatan dari negara lain seperti Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat. Raja George Tupou I wafat pada 1893 dan tahta Tonga diteruskan oleh cucunya yaitu George Tupou II. Dibawah kekuasaan Tupou II, Kerajaan Tonga mengadakan kesepakatan dengan Inggris dimana Kerajaan Tonga menyerahkan urusan hubungan luar negerinya kepada Inggris dan sebagai gantinya Inggris menjadi pelindung Tonga dari ancaman kolonialisme bangsa asing.

Pada 1918 Tupou II menghembuskan nafas terakhirnya sehingga tahta Kerajaan Tonga dilanjutkan oleh ratu Salote Tupou III yang saat itu masih berumur 18 tahun. Pada masa pemerintahan Tupou III Kerajaan Tonga melakukan reformasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan humanitarian bagi masyarakatnya. Karena kebijakan Tupou III maka dia menjadi ratu yang sangat dicintai oleh rakyatnya.

Dunia internasional juga kagum kepada sosok Salote Tupou III salah satunya ketika dia menunjukkan rasa hormatnya dengan rela berada di kereta kuda tanpa pelindung dibawah guyuran hujan ketika menghadiri upacara penobatan Ratu Elizabeth II dari Inggris pada tahun 1953. Pada tahun 1965 ratu Salote Tupou III meninggal dunia dan anaknya, Taufa'ahau Tupou IV naik menjadi raja Tonga. Pada tahun 1970 urusan luar negeri Tonga terlepas dari pengaruh Inggris sehingga Kerajaan Tonga menjadi negara yang berdaulat sepenuhnya.

Raja Tupou IV wafat pada tahun 2006, masa jabatan yang cukup lama menjadikan dia sebagai pemimpin kerajaan terlama ke-4 didunia. Tupou V menggantikan ayahnya sebagai raja Tonga. Pada tahun 2008 Tupou V melakukan reformasi dengan menerapkan sistem demokrasi di Kerajaan Tonga dan mulai mengadakan pemilihan umum untuk memilih anggota dewan legislatif. Reformasi yang dilakukan Tupou V juga membuat berkurangnya kekuatan raja terhadap jalannya pemerintahan.

Posisi perdana menteri juga harus diisi oleh kandidat yang berasal dari anggota dewan legislatif yang sudah dipilih lewat voting. Sistem tersebut berbeda dari sebelumnya dimana seorang perdana menteri dapat dipilih sesuai dengan keinginan raja. Masa pemerintahan Tupou V hanya berlangsung selama 6 tahun karena dia wafat pada 2012. Karena Tupou V tidak memiliki anak maka tahta Kerajaan Tonga jatuh ke tangan saudaranya yaitu Tupou VI yang masih menjabat sebagai raja Tonga hingga sekarang.