Madame Ching
Sejarah Bajak Laut Wanita Dengan 1.800 Armada, Madame Ching

Mungkin dibenak kalian tidak asing dengan nama diatas, yaps benar dia salah satu bajak laut yang mengisi sekuel dari film Pirates Of Caribbean. Pada kali ini kita akan membahas sedikit tentang dirinya yang menjabat sebagai kapten bajak laut yang tangguh

Madame Ching lahir di Guangzhou (Kanton, Cina) pada tahun 1775, dengan nama Shih. Entah bagaimana hingga akhirnya dia dikenal dengan nama Madame Ching. Lahir dari keluarga miskin, namun mempunyai wajah cantik. Namanya baru tercatat dalam sejarah, setelah ia berusia 15 tahun. Saat itu Madame Ching ditangkap oleh bajak laut , lalu dijual ke Kapal Bordil. Dari sinilah ia berkenalan dengan berbagai kalangan, dan dapat mengumpulkan berbagai ‘informasi rahasia’, yang nantinya menjadi senjata ampuh baginya untuk menaklukkan semua bajak laut yang ada pada masanya. 

Bermodalkan berbagai ‘informasi rahasia’ yang berhasil dikumpulkannya oleh nya, akhirnya Madame Ching mendapat kenaikan pangkat. Kalau awalnya ia bertugas sebagai ‘pelayan sex’, akhirnya ia dipercaya sebagai ‘operator penyelundupan’ barang-barang terlarang.

Berkat kecerdasannya, pada tahun 1801, dalam usia 25 tahun, ia berhasil menawan hati bajak laut paling kejam yang bernama Cheng Yi, komandan bajak laut Armada Bendera Merah, yang akhirnya jadi suaminya. Seluruh armada dan anak buah Cheng Yi tunduk di bawah perintah Madame Ching.

Salah satu strategi Madame Ching untuk menguasai semua bajak laut adalah dengan menjadikan semua bajak laut yang lain sebagai mitra. Dengan demikian, ia tak pernah terlihat bentrok fisik dengan kelompok bajak laut lainnya. Dengan kekuatan negosiasi, ia berhasil merekrut bajak laut yang lain untuk bergabung dengan kelompoknya. Setelah itu, Madame Ching menikah dengan seorang pria bernama Ching Yi, seorang tokoh bajak laut. Didampingi sang suami, kekuasaan Madame Ching semakin besar, sehingga ia berhasil membentuk aliansi semua bajak laut di Laut Cina, dalam kurun waktu kurang dari 6 tahun.

Ketika suaminya meninggal pada tahun 1807 dalam usia 42 tahun, Madame Ching otomatis menjadi Kapten Bajak Laut menggantikan suaminya. Meski dikelilingi oleh berbagai potensi terjadinya kudeta dan pemberontakan dari kelompok bajak dalam aliansinya, yang mengincar jabatan Kapten, ia tidak goyah. Langkah cerdas yang diambilnya adalah segera menikahi Cheung Po Tsai, anak angkat mendiang suaminya, sekaligus untuk menggantikan kedudukan ayahnya.

Setelah itu, kekuasaannya semakin meningkat. Tercatat tidak kurang dari 1.800 armada, dengan 100.000 awak kapal dari pelaut dan bajak laut, tunduk di bawah kekuasaannya.

Namun semakin besar kekuasaannya, semakin besar kekhawatirannya akan kehilangan kekuasaan itu. Maka ia mulai menerapkan berbagai aturan yang ketat dan kejam buat semua anak buahnya. Bersama suaminya yang baru, ia membuat sanksi ‘hukuman mati’ dengan cara dipancung, bagi siapa saja yang bertindak di luar perintah (aturan), mencuri hasil jarahan, atau melakukan tindak perkosaan.

Mungkin karena ia merasa punya berbagai ‘informasi rahasia’ dari berbagai pejabat negra, sehingga ia tidak takut dengan aparat negara. Tindakannya begitu meresahkan, sehingga membuat negara Inggris, Prancis, Portugal, dan Kekaisaran Qing (penguasa Cina), berusaha memberangus kelompok bajak laut ini. Namun usaha mereka sia-sia. Madame Ching justru semakin terkenal dan ditakuti oleh semua pedagang yang melewati laut Cina Selatan.

Selama bertahun-tahun armada bajak laut Madame Ching yang dijuluki Armada Bendera Merah menebar teror di lautan. Tak kurang kapal dagang Inggris, Prancis dan Portugal menjadi mangsa anak buah Madame Ching. Akan tetapi tahun 1801 Madame Ching mulai kewalahan karena kasiar Jiaqingdi mulai memburu kelompoknya. Hingga akhirnya Ching ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Ia akhirnya meninggal tahun 1844 setelah diberi pengampunan dari kaisar.