Pedro II adalah kaisar dari Kekaisaran Brazil yang memerintah sejak 1840 sampai 1889. Pedro II adalah anak dari Pedro I yang harus menentang ayahnya sendiri, Joao VI demi membebaskan Brazil dari penjajahan Portugal. Pada tahun 1831 Kaisar Pedro II meneruskan tahta Brazil di usia 5 tahun karena ayahnya harus kembali ke Portugal demi mendukung anak perempuannya, Maria II yang terancam digulingkan ketika tengah terjadi konflik internal di Kerajaan Portugal.

Karena usianya masih sangat belia maka Pedro I menunjuk tiga orang yang akan membantu dan membimbing Pedro II yaitu Jose Bonifacio de Andrada, Mariana de Verma, dan Rafael yang merupakan kerabat dekat dari Pedro I. Masa kecilnya dihabiskan dengan melakukan hobinya yaitu membaca buku. Awal masa pemerintahan Pedro II terdapat beberapa masalah yang melanda Brazil. Pedro II harus menyelesaikan masalah penyelundupan budak dan mengakhiri perbudakan di Brazil adalah agenda utama Pedro II hingga akhir masa pemerintahahnnya. Masalah perbudakan belum selesai timbul masalah baru ketika pecahnya pemberontakan yang dilakukan faksi penentang kekaisaran di Pernambuco pada 1849 dan beruntungnya pemberontakan tersebut berhasil ditumpas.

Pemerintahan Pedro II juga harus menghadapi masalah luar negeri karena perselisihan antara Brazil dan Argentina karena sengketa di jalur dagang Rio de la Plata yang berujung pecahnya perang antar dua negara tersebut pada 1850. Dalam perang ini Brazil membentuk aliansi dengan Uruguay dan akhirnya perang berakhir pada 1852 yang dimenangkan oleh Brazil-Uruguay. Memasuki dekade 1850an Brazil menjadi negara paling stabil dan maju di Amerika Latin dan capaian ini berhasil diraih berkat reformasi yang dilakukan Pedro II yang menargetkan pembangunan infrastruktur, perbaikan ekonomi, dan minimalisasi politik partisan.

Sistem monarki Brazil tidak seperti negara monarki lain dimana seorang raja hanya sebatas simbol atau raja berkuasa secara absolut. Pedro II juga ikut berperan aktif dalam menjalankan pemerintahan bersama parlemen, perdana menteri, dan senat. Pedro II juga sering melakukan kunjungan ke pemukiman warga, sekolah, pabrik, penjara, dan pusat keramaian lainnya demi mendengarkan keluhan atau aspirasi rakyatnya secara langsung dan tindakan tersebut tentu mendapat respon positif dari rakyatnya.

Pada 1860an Brazil turut serta dalam konflik internal yang terjadi di Uruguay karena banyaknya warga Brazil yang berada di negara tersebut. Brazi; mengerahkan pasukannya untuk menyelesaikan konflik tersebut dan akhirnya dapat diselesaikan pada 1865. Brazil juga menghadapi permasalahan luar negeri ketika konsulat Inggris mengajukan tuntutan provokatif kepada pemerintah Brazil atas insiden penjarahan kapal dagang Inggris serta penangkapan seorang perwira Inggris pada tahun 1861. Memanasnya hubungan antara Brazil dan Inggris bisa berakibat pada meletusnya peperangan namun konflik tersebut dapat diselesaikan melalui jalur diplomasi meskipun begitu hubungan antara Brazil - Inggris tetap kurang baik.

Permasalahan yang dihadapi Brazil tidak berhenti sampai disitu karena Paraguay dibawah pimpinan diktator Fransisco Solano Lopez menyerang Brazil dan Argentina pada 1864. Pedro II berjuang mati-matian demi bisa memenangkan Brazil dalam perang ini karena perang ini menentukan harga diri Brazil. Perang melawan Paraguay berlangsung selama lima tahun dan sangat menguras pikiran Pedro II karena selain harus menyelesaikan perang dia juga harus membuat Brazil tetap stabil.

Perang berakhir pada 1870 dan dimenangkan oleh Brazil yang dibantu oleh aliansinya yaitu Argentina dan Uruguay dan uang rampasan perang disalurkan untuk kepentingan rakyatnya. Memasuki dekade 1870an memasuki masa kesejahteraan dimana Pedro II melakukan berbagai program modernisasi, melakukan reformasi dibidang sosial, dan ekonomi Brazil berkembang dengan pesat. Bahkan kedudukan Brazil sebagai negara makmur dan modern setara dengan Amerika Serikat. Pada 1868 hubungan Brazil dan Inggris membaik ketika utusan Inggris bernama Edward Thornton datang ke Rio de Janeiro untuk menyampaikan permintaan maaf atas nama Ratu Victoria.

Pedro II terus berupaya untuk mengakhiri perbudakan di negaranya. Langkah awalnya dengan mengecam keberadaan Jalur Dagang Atlantik yang menjadi jalur utama dalam distribusi budak. Kemudian Pedro II mengesahkan Law of Free Birth pada 1870 yang membebaskan status anak keturunan budak agar tidak diperjualbelikan dan pengesahannya mendapat respon positif dari rakyatnya. Perdagangan anak menjadi bibit dari perbudakan di Brazil saat itu. Pedro II juga menghabiskan hidupnya dengan mengadakan tur ke berbagai negara di Eropa dan Asia untuk menikmati pemandangan kota dan belajar di negara yang dikunjunginya. Perjuangan mengakhiri perbudakan berakhir pada 1887 ketika disahkannya Golden Law yang mengakhiri perbudakan di Brazil. Ternyata dengan dihapuskannya perbudakan tidak menghasilkan krisis ekonomi seperti yang diperkirakan terbukti dengan suksesnya panen kopi pada 1888.

Kemakmuran yang dialami Brazil ternyata juga menjadi bumerang baginya karena mulai timbul bibit-bibit republikanisme dari kalangan petani yang kaya dan para negarawan  muda yang merasa tidak memerlukan sosok kaisar dan bersikap apatis karena kemakmuran yang dialami mereka. Sementara itu kalangan militer juga mulai menentang kaisar karena menurut mereka pemerintahan Brazil harus digantikan oleh pemerintahan diktator yang lebih kuat. Akhirnya kalangan republikanis dan militer menjalankan kudeta tidak berdarah pada 15 November 1889. Kudeta tersebut tidak diketahui oleh publik Brazil dan reaksi kaisar ternyata mengejutkan Dia melarang upaya untuk menghentikan kudeta tersebut. Akhirnya Brazil menjadi republik dan Pedro II beserta keluarganya melarikan diri ke Prancis dua hari setelah kudeta dilancarkan.

Tiga minggu setelah tiba di Prancis Teresa Christina, istri Pedro II, meninggal dunia sehingga Pedro menghabiskan sisa hidupnya sendirian  di sebuah hotel murah di Paris. Pedro II meninggal dunia pada 5 Desember 1891. Pemakamannya dilakukan dengan proses kenegaraan di Prancis dengan dihadiri oleh banyak delegasi dari berbagai negara. Jenazahnya dimakamkan di Royal Patheon of House of the Braganza kemudian pada 1921 jenazahnya dipindahkan ke Brazil dan dimakaman di Katedral Petropolis.

Pedro II sangat menyukai membaca buku dan belajar. Dia membangun beberapa institut dan perpustakaan di Brazil. Pedro II membaca buku dari berbagai cabang ilmu dan dia juga gemar berdiskusi dengan ilmuwan, filsuf, dan seniman dunia. Pedro II juga menjadi anggota dari Royal Society, Russian Academy of Sciences, Royal Academies for Science and the Arts of Belgium, French Academy of Science, dan American Geographical Society.